Thursday, August 1, 2013



 
Teknologi EM pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang pada tahun 1980. EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan organic.

Bahan organic tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organic diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam amino sehingga bisa diserap oleh tanaman. Dewasa ini Teknologi EM telah diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, kehutanan, pengolahan limbah dan kesehatan.

Teknologi EM di Indonesia telah dimasyarakatkan kepada petani sejak tahun 1993, setelah dilakukan usaha-usaha penelitian dan pengujian dalam skala terbatas oleh lembaga penelitian swasta dan universitas dari tahun 1990 sampai 1993. 

Usaha pemasyarakatan Teknologi EM di Indonesia pada awalnya diprakarsai oleh yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming Societies, yaitu sebuah lembaga non pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan pertanian akrab lingkungan yang berkelanjutan dengan masukan biaya rendah.

1.   Menghilangkan bau yang tidak sedap karena EM mampu menangkap H2S dan NH3 mengubahnya menjadi senyawa yang tidak berbau.

2.      Mempercepat proses penguraian lemak yang terkumpul di grease trap” sehingga larut bersama air limbah

Untuk mencegah timbulnya penyakit, lingkungan sekitar puyuh harus dijaga kebersihannya. Terutama kebersihan kandangan, tempat pakan dan tempat minum serta peralatan dan perlengkapan. Begitu juga dengan pakan yang diberikan harus bebas dari hama, kuman, cendawan dan bahan toksin lainnya kattanya”

Untuk kebersihan kandang , setiapp hari kandang disemprotkan EM4 dengan dosisnya 10cc EM4 ditambah denga satu liter air, begitu juga untuk memperbaiki pencernanan puyuh, 1 kilogram pakan dicampur hanya 1/4ccEM4

Tujuan pemberian EM4 pada ternak ini dimaksudkan untuk mencegah bau tidak sedapa pada kandang dan tempat pembuangan kotoran ternak , menekan atau mengurangi perkembangan lalat dan srangga ternak , menguranggi stress , memeperbaiki mutu daging ternak ,mengurangi jumlah kematian ternak dan lain-lain. 

Dan yang tak kalah penting juga harus sering mengontrol kesehatan puyuh. Jika ada kelihatan sakit segara dikarantina untuk diberikan vaksinnasi aturan selama puyuh itu hidup.

Menurut slamet puyuh sangat potensial dikembangkan untukdiambil telur atau dagingnya. Diantara semua jenis unggas petelur ternyata puyuh termaksud unggas penghasil telur terbesar kedua setelah ayam ras petelur.

Daging puyuh pun sebenarnya banyak diminati masyarakat, namun biasanya daging puyuh dijual dengan nama burung dara. Rasanya yang gurih dan tidak banyak memiliki lemak membuat daging puyuh digemari banyak orang.




No comments:

Post a Comment